Kamis, 24 Maret 2011

Ucapkan 'Protes', Ponsel di China Langsung Diputus?


Jakarta - China memang dikenal sangat ketat menjaga arus informasi bagi warganya, terutama bila berurusan dengan sensor media dan kebebasan berbicara. Dan tampaknya, China juga memonitor panggilan telepon.

Sebuah laporan di surat kabar New York Times, yang ditulis oleh Sharon LaFraniere dan David Barboza menuliskan peristiwa yang dialami seorang pengusaha asal Beijing, China terkait dengan hal ini.

Pekan lalu, pengusaha tersebut mengobrol dengan tunangannya via ponsel soal restoran yang akan mereka kunjungi. Bermaksud romantis, dalam percakapan itu, dia mengutip ucapan Queen Gertrude kepada Hamlet. "The lady doth protest too much, methinks," demikian bunyi kutipan dari karya sastra Hamlet yang diucapkan dalam bahasa Inggris tersebut.

Ketika kedua kalinya dia menyebutkan kata 'protest', sambungan telepon langsung terputus. Anehnya, seperti dilansir New York Times dan dikutip detikINET, Kamis (24/3/2011), hal ini terulang lagi saat dia mencoba menguji kecurigaannya. Dengan lawan bicara berbeda, si pengusaha mengucapkan kata 'protes' namun kali ini dalam bahasa China. Saat mengulang kata itu, komunikasi dengan lawan bicaranya langsung terputus.

Lebih mengejutkan lagi, ketika dia mencoba mencantumkan kata 'protes' melalui email, layanan emailnya pun langsung dimatikan. Pertama, dia diblokir dari koneksi VPN, kemudian Gmail, dan situs-situs seperti LinkedIn hingga Hong Kong Stock Exchange.

Jika benar pemerintah China melakukan ini, seperti diperkirakan para analis bahwa tampaknya China sangat mewaspadai kemungkinan terjadinya gejolak kebebasan berekspresi di negerinya. Apalagi, mengingat gelombang protes melalui social media tengah menjadi tren yang berhasil menggulingkan pemerintahan di negara-negara kawasan Timur Tengah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar